KUN FAYAKUN, JADI! Maka Jadi
Munculnya ayat itu berulang-ulang sebanyak 8 kali di surat-surat 2:117, 3:59, 6:73, 16:40, 19:35, 36:82, 40:68 tentunya untuk semakin menegaskan kepada ummat manusia bahwa Alloh itu adalah Dzat yang Maha Menguasai atas segala sesuatu. Adapun manusia, boro-boro menguasai mahluk ataupun Dzat lain, menguasai diri sendiri saja tidak bisa. Tulisan ini bukan resensi atas berbagai versi tersebut di atas tadi.
Ubun-ubun
Bagaimana manusia bias menguasai sesuatu jika ayat Al-Quran menyatakan bahwa “Maa min daabbatin illaa Huwa aakhidun binnashiyatihaa-tidak ada mahluk yang melata kecuali Alloh memegang ubun-ubunnya?”.
Nah, karena ubun-ubun semua manusia itu ternyata berada di dalam genggaman Alloh, maka apapun yang dikerjakan manusia, semua itu semata-mata adalah karena kehendak-Nya. Di hadist diriwayatkan Adam nanti akan ramai-ramai di keroyok disalahkan anak-turunnya mengapa melanggar perintah Alloh memakan buah khuldi sehingga Adam-Hawa diusir dari sorga, beranak-pinak di dunia, bermusuh-musuhan, perang, dan saling mengalirkan darah. Padahal perintah Alloh sederhana sekali: “Walaa taqrobaa haadzihis syajaroh-Jangan dekat-dekat ini pohon”.
Awalnya adam itu menurut. Tetapi lalu iblis berbisik bahwa sebenarnya maksud Alloh melarang Adam memakan buah itu supaya Adam tidak jadi mahluk yang kekal, tidak tua, tidak mati. Akhirnya setelah menggoda dengan berbagai cara, termasuk melalui rayuan Hawa, iblis berhasil.
Bagaimana respons Nabi Adam? Hanya tersenyum. Mau bagaimana lagi kalau Alloh Dzat yang Maha Memegang ubun-ubun menghendaki jalan cerita demikian? Mau bagaimana lagi kalau Adam awalnya digerakan untuk taat, tetapi kemudian Adam digerakan untuk menentang?
So, pergerakan bermilyar-milyar manusia di bumi ini, semua atas kehendak Alloh. Tidak terkecuali antum yang saat ini ubun-ubunnya sedang dipegang dan di gerakan oleh Alloh untuk membaca artikel ini.
Wayang
Perbedan pertama, wayang dikendalikan wayang bukan dari bagian kepala melainkan dari bagian bokong. Masih ingat wayang di jabar bernama Dawala atau di Jatim bernama Petruk?. Karena terserah maunya dalang, kumaha aing, maka dalang Asep Sunandar Sunarya jadi beken karena membuat lakon aneh, diantaranya berjudul “Dawala Jadi Raja”.
Perbedaan yang kedua, wayang golek tidak punya hati, tidak punya mata, tidak punya tlinga. Tidak bisa menentang. Bagaimana dengan manusia?. Ini dia firman Alloh didalam Al-Quran:
Manusia punya hati, tetapi tidak faham: “Lahum quluubun laa yafqohuuna bihaa.”
Manusia punya mata, tetapi buta: “Walahum a’yunun laa yubshirunna bihha.”
Manusia punya telinga, tetapi tuli: “Walahum aadzanun laa yasma’uuna bihaa.”
“Ulaa-ika kal an’aaaaaam, bal hum adlol”. Manusia yang demikian itu bagaikan binatang, bahkan lebih sesat, lewih atah-adol, daripada binatang.
Nah, mending mana? Mending jadi manusia, atawa mending jadi Dawala?
Asmarandana
Jika semua perbuatan, termasuk perbuatan dosa-pun, sebagaimana dilakukan Abah Adam, ternyata semua digerakan oleh Alloh, lalu “fa fiima na’mal?-untuk apa lagi kami beramal?” Tanya sohabat kepada nabi.
Ini dia menjawab: ahli sorga sepanjang hidupnya akan mengamalkan amalan ahli sorga sampai mati saat mengamalkan amalan ahli neraka. Lalu bagaiman mensiasati supaya ubun-ubun tidak digerakan untuk meangamalkan amalan ahli neraka? Ah,
Dalam pupuh Asmarandana, berikut pitutur karuhun: “Eling-eling mangka eling. Rumingka di bumi alam. Dharma wawayangan bae. Raga taya pangawasa. Lamun kasasar lampah. Nafsu nu matak kaduhung. Badan anu katempuhan”.
Ingatlah, maka ingatlah. Hidup di alam dunia. Hanya sekedar sebagai wayang. Raga tidak berdaya. Kalau langkah tersesat. Nafsu yang membawa menyesal. Badan yang akan menerima akibatnya (di neraka).
Pilihanya hanya dua: (1) Berdo’a-beribadah-beramal solih pol-polan mengharapkan Alloh mengatakan “kun” masuk ke dalam sorga? Atau, (2) Cuek-bebek ibadah malas aras-arasan sampai Alloh mengatakan “kun” masuk neraka?
Na’uudzu billaahi min dzaalika!
Sumber: Nuansa Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar